Senin, 18 Agustus 2014

Gaji dan Kepuasan Kerja di Indonesia

Gaji dan Kepuasan Kerja di Indonesia

Di Indonesia, budaya berpindah-pindah kerja hanya untuk mencari gaji yang lebih besar barangkali masih sering terjadi, seolah-olah kepuasan kerja hanya bisa didapat dari gaji yang besar. Tidak jarang karyawan berpendapat bahwa apapun akan mereka lakukan demi gaji yang besar, tidak masalah dengan jenis atau bobot pekerjaan yang dikerjakan. Para pakar yang meneliti tentang motivasi seperti Maslow dan Herzberg pun menganggap bahwa gaji bukanlah yang terutama untuk mencapai kepuasan. Berdasarkan Teori Maslow, gaji hanya akan menyentuh pada lapisan pertama (fisik) dan kedua (keamanan), sedangkan menurut Teori Herzberg, gaji adalah faktor higienitas dan bukan motivator.

Original Image

Lalu kenapa gaji sepertinya menjadi teramat sensitif di Indonesia?
Tidak hanya di Indonesia, tetapi di negara lain pun terjadi masalah yang serupa. Masalah tersebut ternyata sangat fundamental yang berkaitan dengan sistem kapitalis yang gagal membawa kesejahteraan rakyat. Kenaikan gaji tidak dapat mengikuti kenaikan kebutuhan fisik ataupun keamanan apabila dihubungkan dengan Teori Maslow. Film dokumenter yang berjudul Inequality For All dengan baik membahas bagaimana kesenjangan pendapatan antara kelas menengah (kebawah) dengan kelas atas semakin lebar. Presentase kenaikan pendapatan yang didapatkan karyawan tidak dapat mengatasi bertambahnya kebutuhan mereka, bahkan mungkin habis terdilusi inflasi. Karyawan yang kehilangan harapan pada perusahaan yang tidak mau menaikkan gaji akan mencari perusahaan baru yang dapat menaikkan gaji mereka, bukan karena karyawan serakah, namun lebih karena upaya mereka mencukupi kebutuhan dasar mereka.

Bagaimana kebutuhan dasar menjadi sangat meningkat dibandingkan beberapa waktu lalu?
Semakin maju teknologi, maka kesadaran dan kebutuhan manusia akan sesuatu yang pada waktu lalu masih berada pada kebutuhan sekunder atau tersier akan meningkat levelnya. Masih ingatkah apa yang tergolong menjadi kebutuhan primer (pelajaran SD saya dahulu)? Sandang, pangan, dan papan. Apakah manusia dapat hidup dengan layak apabila menggunakan klasifikasi tersebut pada masa sekarang ini? Bagaimana dengan kesehatan, pendidikan, komunikasi? Kita hidup bukan di jaman "Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin." - Soekarno.

Meningkatkan gaji akan merugikan perusahaan?
Dalam jangka pendek = YA, dalam jangka panjang = TIDAK. Efek dari inequality akibat perbedaan gaji tersebut lebih makro dari yang diperkirakan, kelas menengah merupakan penggerak utama roda perekonomian, sehatnya kelas menengah akan menyehatkan perekonomian, ketika kelas menengah kolaps yang terjadi adalah krisis ekonomi (Subprime mortgage, Great depression). Sayangnya perilaku miopik masih terjadi dalam tata kelola perusahaan dan pemerintahan, mereka hanya mencari aman selama masih menjabat (+/-5thn) sehingga kebijakan dan keputusan tidak dapat radikal dan mengubah keadaan secara fundamental.

Lalu bagaimana cara meningkatkan kepuasan?
Pastikan dahulu faktor higienitas (Herzberg), faktor fisik, dan keamanan (Maslow) terpenuhi, setelah kebutuhan dasar terpenuhi barulah kemudian beranjak ke faktor motivasi dan teori lain tentang motivasi. Tanpa kebutuhan dasar terpenuhi, hal-hal yang dilakukan tampaknya akan sia-sia, itulah alasan mengapa saya lebih mengangkat teori Maslow dan Herzberg yang sangat tua ini.

Akhir kata, formulasikan teori anda sendiri berdasarkan teori yang sudah ada dan pengamatan anda sendiri (film, berita, sosial media, dll).

"It’s tough when markets change and your people within the company don’t." – Harvard Business Review
Sincerely,
Enrico

Tidak ada komentar:

Posting Komentar