Sabtu, 30 Agustus 2014

Free To Play Dalam Perspektif Bisnis

"Free To Play" dalam perspektif bisnis

Free To Play adalah film dokumenter yang menceritakan pemain profesional DOTA2 berjuang memperebutkan 1 Juta Dollar hadiah juara. Dota2 adalah sebuah permainan online multiplayer PC yang selama beberapa tahun terakhir selalu populer. Saya tidak akan membahas tentang Dota2 namun lebih kepada aspek bisnis, teknologi, dan tren yang terinspirasi setelah melihat film ini.

Sebelumnya saya sarankan untuk melihat filmnya (gratis) di Youtube..


Kenapa 1,6 Juta Dollar Prize Poll?
Pada tahun 2011, 1,6 juta dollar sepertinya sangat besar, namun tentu saja apabila dihitung secara cermat sebagai investasi, return dari investasi tersebut akan jauh lebih besar. Dalam sudut pandang strategic management, visi dari Valve jelas terlihat untuk menjadikan Dota2 sebagai permainan yang paling banyak dimainkan di dunia tidak hanya mengalahkan permainan virtual (video game) namun juga permainan nyata seperti catur, sepakbola, basket, dll.

Hadiah besar tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan competitive strength dan market standing dari Dota2, mimpi untuk menjadi nomor satu dunia dan mendapatkan hadiah akan membuat semakin banyak clan akan bermunculan, semakin banyak orang akan memainkan Dota2, akhirnya penjualan dari perks, item, tiket, dll Dota2 akan meningkat.

Menganalisis Tren dan Mengelola Tren
Penggunaan internet, komputer, media sosial, video game secara tren masih terus bertumbuh. Dota2 mungkin lebih populer saat ini dari permainan catur, hanya saja dalam kasus Dota2 orang tua masih menganggap bermain video game tidak baik dan tidak bermanfaat. Untuk itu tren perlu untuk dikelola agar permainan Dota2 akan selevel dengan sepakbola ataupun olahraga lainnya. Perhatikan cuplikan teks berikut ini yang diambil pada menit 01:07:20 --> 01:08:45

"I think in 10 years time all the gamers which we currently have showing themselves, they're going to be the guys we will look back at and say this was the beginning. This is where it all started. These are the guys that worked hard and they took the risk. They proved themselves. And they forwarded the entire industry to the point where we could have a kick-start.

We could show the world what we do. And then who knows how big we could get at that point. We've come far already. When more and more people support it and it becomes more and more normal, it's going to go from a niche to becoming accepted in societies.

I think in 15 years, E Sports will be bigger than football. Than basketball. Than everything. That kid who you thought played too many video games is potentially going to be on a path where he's earning $250,000 a year, salary. He's flying the world. He's going to be endorsed. Gaming's the biggest entertainment industry in the world. So if you're a star, you are potentially one of the biggest stars in the world. So, if that, like everything else with computers grows exponentially or whatever then 5 or 10 years could be a big step actually.

Changing mindsets is never easy. So it's going to take awhile. When the gamers now become parents, we will be supportive of our kids playing, and I think that's really when everything will boom."


Begini alur logika yang bisa saya cerna. Kompetisi -> Pertumbuhan pemain -> Pemain mendapat upah, popularitas -> Perubahan Mindset (orang tua) -> Dota2 menjadi sederajat dengan sepakbola, basket, catur, dll -> sales ++ profit ++

Tahukah anda rata-rata gaji pemain sepakbola pada tahun 1961 adalah £20 (Rp 307.122,-) per pekan dan naik menjadi £33.868 (Rp 520.080.425,-) per pekan 50 tahun kemudian (Harris, 2011).

Keuntungan bagi perusahaan (Valve)
Bulan lalu (Juli 2014) tercatat 9.552.319 orang yang bermain Dota2 dan masih akan terus bertambah. Jumlah pengguna yang besar tersebut dengan mudah akan dikonversikan menjadi uang dengan cara pemasangan iklan (in game advertising), penjualan item, perks, merchandise, sponsor, penjualan tiket kompetisi. Saat ini memang Dota2 masih free to play, apabila pengguna sudah sangat banyak bisa jadi sudah tidak free to play dan untuk menonton saja harus bayar seperti sepakbola.

Kejuaraan Dunia Dota 2 (sumber)
"It’s tough when markets change and your people within the company don’t." – Harvard Business Review
Sincerely,
Enrico

Tidak ada komentar:

Posting Komentar